Rabu, 04 Mei 2011

Batas Antang-Gowa

Batas Antang-Gowa , di sanalah setiap pagi Reina berdiri menunggu seseorang datang menjemputnya untuk ke kampus.

Pagi itu adalah hari yang cerah ,Reina berangkat dari rumah dengan perasaan yang senang, karena mengingat mata kuliah Reina hari ini adalah pengembangan peserta didik dan Ia sangat senang akan mata kuliah itu, tak lupa juga Reina membeli coklat kesayangan di depan rumah sebanyak 4 buah yang niatnya dua untuk dia dan dua pula untuk Irsyad . Setelah menelusuri lorong-lorong di sekitar rumahnya Ia pun menemukan Jalan utama dan Reina pun menahan satu angkot yang melintas di jalan itu dengan tujuan Reina adalah Batas Antang-gowa.

Sesampai di batas daerah itu Reina berdiri dengan gaya yang seperti biasa memakai tas ransel eksport hijaunya sambil memperhatikan jalan raya yang terbentang di depannya dengan kendaraan yang lalu-lalang.

Reina melirik jam tangan monol-coklatnya dan berkata kepada dirinya ,“ 8.30 , sekitar 10 menit ke depan Irsyad akan datang menjemputku. “ katanya dengan perasaan senang dan lega karena kali ini Ia yang menunggu Irsyad bukan Irsyad lagi yang menunggunya .

Sekitar dua menit berdiri , Reina memutuskan untuk mencari tempat yang mungkin dapat ia jadikan tempat duduk sementara, Reina pun mulai mengeluarkan Handphone dengan niat mendengarkan music, namun urung Ia lakukan.

“sebaiknya aku tidak mengeluarkan handphoneku melihat kondisi di sektarku, bagaimana kalau terjadi sesuatu padaku”, katanya dalam hati sambil memasukkan kembali handphonnya yang belum seutuhnya keluar dari tas Reina

Reina pun menunggu dengan sabar namun beberapa menit kemudian batinnya mulai gelisah, Ia mulai melirik jam tangannya

“8.40 kok belum juga datang?” Tanya Reina dengan nada yang sangat pelan dan wajah mulai sedikit khawatir

Positif thinking itu adalah pikirannya saat ini ,

“5 menit lagi pasti Irsyad akan datang”, katanya lagi sambil menyenangkan hatinya dan Ia pun kembali untuk menunggu.

5 menit berlalu motor Jupiter hitam milik Irsyad belum juga datang, Reina mulai khawatir dan menampakkan wajah khawatirnya. Lalu dikeluarkannya Handphone miliknya kemudian menekan nomor Irsyad namun tak ada jawaban, Reina mengulangnya sebanyak 5 kali smbari memperhatikan jalan raya di depannya, “tau-tau kalo ada Irsyad datang” pikirnya. Masih dalam keadaan yang sama Irsyad belum juga mengangkat telphonnya, Kali ini Reina benar-benar khawatir, perasaan takut , cemas, dan marah mulai menghampirinya. Dihentak-hentakan kakinya ke tanah dengan pelan sambil menggenggam handphonennya menggambarkan kecemasan yang dialaminya.

Reina pun mulai berdiri dari tempat duduknya tadi, tiba-tiba mobil Honda jazz merah berhenti di depannya hingga Reina melihat dirinya ada pada kaca mobil itu.

“Hey Reina, kamu lagi ngapain di situ?”, Tanya Didi dari dalam mobilnya yang ternyata adalah tetangga Reina.

“ Lagi nunggu teman, aku sudah janjian tadi tp belum datang juga”, kata Reina dengan nada tidak terlalu pelan.

Ayo naik, nanti di jalan kamu sms teman kamu, bilang, kalau kamu ketemu sama aku biar Dia tidak jemput kamu, Kata Didi memberikan saran

Reina mulai bimbang dilihatnya jam tangannya kembali, “8.50”, Di sisi lain Reina ingin sekali ikut dengan Didi mengingat Irsyad belum memberinya kabar dan Ia takut terlambat.

Reina Diam sejenak , lalu berkata, “Didi duluan saja, biar Reina tunggu teman masih ada yang mau di urus dengannya”

Didi menggagukan kepalanya dan berkata,” yakin?”

Reina pun menganggukan kepalanya tanda Ia menolak ajakan Didi. Didi pun mengucapkan hati-hati kepada Reina lalu menaikkan kaca mobilnya dan berlalu dari hadapan Reina. Tinggalah Reina Sendiri, dengan perasaan was-was dan takut.

Reina melirik kembali jam tangannya waktu menunjukkan pukul 9.00, Reina Sudah ingi mengeluarkan air matanya, “menyesal Reina tidak ikut dengan Didi”, kata Reina Dalam hati,

Reina mulai mondar-mandir sambil melihat jalan raya. Perasaan Reina sudah memuncak, rasa marah dan was-was bertambah. Namun Reina tetap menuggu

Tepat pukul 09.05 Motor Jupiter Irsyad yang sedang melaju dari arah depan tertangkap oleh kedua bola mata Reina, Perasaan Reina yang khawatir sudah lega,namun rasa marah dalam dirinya belum mampu Ia singkirkan . Reina pun naik ke motor Irsyad dan berkata, “Aku tidak akan pergi dari tempat ini, sebelum ada kabar tentangmu. Aku akan terus menunggumu meski hati ini menyimpan amarah dan perasaan khawatir. Namun , perasaan itu akan hilang dengan sendirinya ketika saya menyadari, bahwa saya masih bisa bersabar untukmu. Jupiter Irsyad melaju meninggalkan batas Antang-Gowa.

Created By:

Rosnia R Syahrul

Sabtu, 12 Juni 2010

Kisah Penantian Seorang wanita

Ketika malam tiba ada seorang wanita yang selalu duduk di dekat jendela kamarnya sambil menatap langit malam. Dan ketika ia sedih maka ia akan melimpahkan kesedihannya kepada angin malam yang menerpa wajahnya. Dan ketika ia senang maka ia akan bercerita dengan bintang yang bersinar.

Hai bintang ,hari ini sedihku hilang sejenak ,ketika ada seseorang yang mengajakku untuk ke pantai walau hanya sebentar. Bintang, biarkan hari ini berjalan sangat lama bagiku. Aku ingin merasakan batapa indahnya bahagia, Kata Wanita Itu

Setelah itu Ia menutup jendela kamarnya lalu berbaring di tempat tidurnya dan mengatakan aku bahagia sebelum Ia memejamkan matanya untuk tidur.

Dan di pagi hari ketika Ia bangun dari tidurnya, Kenangan kebahagian yang ia rasakan semalam itu telah hilang, yang ada hanya perasaan takut dan cemas di hatinya.

Wanita itupun bergegas untuk memulai aktivitasnya seperti hari-hari sebelumnya. Ia berangkat kuliah bertemu dengan teman-temannya tapi ia tak merasakan apapun, semuanya Ia anggap biasa saja. Baginya sangat susah untuk mendapatkan kebahagiaan. Karena itu yang ada dipikirannya selama ini.

Baginya kebahagiaan itu adalah semu . Tidak ada yang dapat dipercaya selain diri sendiri dan Tuhan yang maha kuasa.

Wanita ini selalu menangis dalam malam-malamnya, karenanya ia sangat menyukai angin malam, baginya hanya angin malam yang dapat mengeringkan air matanya. Hanya angin malam yang mampu menyentuh relung hatinya. Sesuatu terkadang indah ketika dipandang tapi tidak ketika ditatap., itulah yang sering dikatakannya dalam hati ketika seorang pria mendekatinya.

Wanita ini mencintai seorang pria yang entah pria itu mencintainya atau tidak. Dengan tulus wanita ini mencintai pria itu. Wanita ini selalu merindukan pria itu entah itu dalam tidurnya ataupun dalam tangisannya, atau bahkan dalam tawanya. Sedetikpun tak pernah luput dari pria itu.

Ingin rasanya diriku dirindukan oleh Pria itu, Kata wanita itu. Seperti aku merindukannya selama ini. Ingin rasanya dia datang kepadaku dan memberiku cincin berharap Lelaki itu akan berkata Maukah engkau jika aku menjadi pendampingmu?, Kata wanita itu lagi.

Tapi wanita itu tersenyum ketika Ia telah berkata demikian kemudian berkata lagi dengan pelan, Dia tidak akan datang ketika aku masih dapat mencintainya, dia baru datang ketika aku sudah tak dapat lagi mencintainya.

Malam berikutnya wanita itu kembali membuka jendela kamarnya dan berkata , “bintang , pria itu akan datang besok pagi ke rumah ini karenanya aku ingin tidur pulas malam ini”. Lalu wanita itu menutup jendelanya dan berbaring di tempat tidurnya hingga Ia terlelap.